Informasi Umum Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Asam Folat merupakan salah satu jenis vitamin yang diperlukan tubuh untuk memproduksi sel darah merah, pembentukan asam amino dan lainnya. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, asam folat diberikan untuk penanganan anemia bersama dengan terapi obat lainnya. Selain itu, pemberian asam folat pada pasien penyakit ginjal kronik juga dikaitkan dengan pencegahan progresivitas gangguan ginjal.
Indikasi
Mengobati dan mencegah defisiensi asam folat seperti anemia megaloblastik; suplemen pada masa kehamilan dan menyusui
Dosis dan Aturan Pakai
Dosis awal pada defisiensi asam folat: 0,25-1 mg/hari, dosis pemeliharaan: 0,25-0,5 mg/hari; Anemia megaloblastik: 0,5-1 mg/hari. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, dosis yang dianjurkan 1 mg/hari sampai 1-5 mg/hari (terutama untuk pasien hemodialisa kronis)
Cara Penggunaan
Sebaiknya diminum pada saat perut kososng
Kontraindikasi
Anemia pernisiosa, riwayat hipersensitivitas
Efek Samping
Lelah/tidak nyaman, kembung, mual, rasa tidak enak atau pahit di mulut, hipersensitivitas/alergi seperti gatal, kemerahan, sulit bernafas (sangat jarang), anoreksia (sangat jarang)
Rujukan
1. MIMS Indonesia [online] https://www.mims.com/indonesia/drug/info/folic%20acid?mtype=generic
2. Skoutakis VA, Acchiardo SR, Meyer MC, Hatch FE. Folic acid dosage for chronic hemodialysis patients. Clin Pharmacol Ther. 1975 Aug;18(2):200-4. doi: 10.1002/cpt1975182200. PMID: 1098832.
3. Wyatt, Christina M. et al. Folic acid supplementation and chronic kidney disease progression, Kidney International, Volume 90, Issue 6, 1144 - 1145
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Pasien penyakit ginjal kronik dapat mengalami gout karena terjadinya penumpukan asam urat di dalam tubuh. Kemungkinan pasien penyakit ginjal kronik mengalami gout lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan fungsi ginjal normal. Alopurinol merupakan obat yang umum digunakan untuk mengobati peningkatan kadar asam urat pada pasien penyakit ginjal kronik. Penggunaan Alopurinol juga memberikan manfaat untuk ikut mempertahankan stabilitas fungsi ginjal pasien.
Indikasi
Profilaksis gout dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal
Dosis dan Aturan Pakai
Dosis awal 100 mg sebagai dosis tunggal, sekali sehari. Kemudian dapat dtingkatkan dalam 1 - 3 minggu sesuai dengan kadar asam urat. Dosis pada pasien ginjal antara 100-200 mg sehari. Pada pasien dengan GFR < 10 mL/menit dosis dapat disesuaikan menjadi 100 mg setiap dua hari (maksimal 100 mg sehari)
Cara Penggunaan
Obat diminum setelah makan
Kontraindikasi
Bukan pengobatan untuk kondisi gout akut, tetapi teruskan penggunaan apabila terjadi serangan ketika sudah memakai alopurinol
Efek Samping
Ruam (hentikan terapi; jika ruam ringan, gunakan kembali dengan hati-hati. Hentikan segera apabila reaksi kulit dikaitkan dengan hipersensitivitas berat, jarang terjadi); gangguan saluran cerna; jarang: malaise; sakit kepala; vertigo; mengantuk; gangguan pengecapan; hipertensi; deposit xantin pada otot tanpa gejala; alopesia; hepatotoksisitas; paratesia atau neuropati; ginekomastia; gangguan darah.
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Goicoechea M, de Vinuesa SG, Verdalles U, Ruiz-Caro C, Ampuero J, Rincón A, Arroyo D, Luño J. Effect of allopurinol in chronic kidney disease progression and cardiovascular risk. Clin J Am Soc Nephrol. 2010 Aug;5(8):1388-93. doi: 10.2215/CJN.01580210. Epub 2010 Jun 10. PMID: 20538833; PMCID: PMC2924417.
3. Fleeman N, Pilkington G, Dundar Y, et al. Allopurinol for the treatment of chronic kidney disease: a systematic review. Southampton (UK): NIHR Journals Library; 2014 Jun. (Health Technology Assessment, No. 18.40.) Chapter 1, Background. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK242340/
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Amitriptilin merupakan obat yang digunakan untuk menangani gejala depresi. Pada pasien dengan gangguan ginjal yang mengalami nyeri kronis (misalnya pada pasien ginjal dengan diabetik neuropati), obat ini dapat digunakan sebagai bagian dalam regimen terapi nyeri.
Indikasi
Depresi, terutama apabila diperlukan sedasi; nocturnal enuresis pada anak. Penggunaan off label pada nyeri neuropati (nyeri kronis), profilaksis migrain, ansietas dan beberapa kondisi lainnya
Dosis dan Aturan Pakai
Dosis awal 75 mg sekali sehari atau dalam dosis bagi (25 mg tiap 8 jam), naikkan bertahap bila perlu, maksimal 150 mg. Dosis pemeliharaan lazim: 50 - 100 mg/hari. Dosis untuk nyeri kronik, dapat diawali dengan dosis yang lebih rendah, misalnya 10 - 20 mg perhari dan dapat ditingkatkan perlahan. Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal ringan sampai sedang.
Cara Penggunaan
Bila diberikan dalam dosis tunggal, dianjurkan diminum menjelang tidur. Apabila obat akan dihentikan, perlu dilakukan tapering off secara perlahan.
Kontraindikasi
Infark miokard yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat.
Efek Samping
Mulut kering; sedasi, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil, efek pada kardiovaskular, berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku (terutama pada anak), hipomania, bingung (terutama pada lansia), gangguan fungsi seksual, perubahan gula darah, nafsu makan bertambah.
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Thour A, Marwaha R. Amitriptyline. [Updated 2023 Jul 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537225/
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Amlodipin adalah obat antihipertensi yang dapat ditoleransi dengan baik, aman, dan dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dalam terapi kombinasi untuk menangani tekanan darah tinggi pada penyakit ginjal kronis. Penggunaan Amlodipin efektif dalam menurunkan tekanan darah dan terbukti bermanfaat dalam mengurangi komplikasi kardiovaskular dan perkembangan penyakit ginjal. Amlodipin juga dapat digunakan dalam pengobatan kondisi terkait jantung (angina) untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
Indikasi
Hipertensi, profilaksis angina
Dosis dan Aturan Pakai
Dosis awal 5 mg sekali sehari; maksimal 10 mg sekali sehari. Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal.
Cara Penggunaan
Minum pada waktu yang sama setiap harinya. Amlodipin dapat diminum sebelum atau setelah makan. Namun apabila pasien mengalami gangguan lambung (mual), sebaiknya diminum setelah makan.
Kontraindikasi
Syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta yang signifikan, menyusui.
Efek Samping
Nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema, gangguan tidur, sakit kepala, pusing, letih. Efek samping lainnya lebih jarang dan sangat jarang terjadi.
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Abraham G, Almeida A, Gaurav K, Khan MY, Patted UR, Kumaresan M. Reno protective role of amlodipine in patients with hypertensive chronic kidney disease. World J Nephrol. 2022 May 25;11(3):86-95. doi: 10.5527/wjn.v11.i3.86. PMID: 35733653; PMCID: PMC9160710.
3. Bulsara KG, Patel P, Cassagnol M. Amlodipine. [Updated 2024 Apr 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519508/
Indikasi
Mengurangi gejala - gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis tukak lambung, tukak usus dua belas jari, dengan gejala - gejala seperti mual, nyeri lambung dan nyeri ulu hati
Dosis dan Aturan Pakai
Tablet kunyah: 1 - 2 Tablet, 3 - 4 kali sehari
Sirup suspensi: 1 - 2 sendok takar (5-10 ml), 3 - 4 kali sehari
Hindari penggunaan pada pasien ginjal dengan nilai GFR < 10 mL/menit
Cara Penggunaan
Diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan menjelang tidur. Apabila obat dalam bentuk tablet, sebaiknya tablet dikunyah dulu sebelum ditelan. Untuk sediaan sirup, kocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas pada salah satu komposisi obat. Hindari penggunaan jangka panjang pada pasien dengan gangguan ginjal dan dialisis. Jangan gunakan bersamaan dengan antibiotik fluorokuinolon atau obat yang membutuhkan suasana asam untuk dapat diserap tubuh. Tidak boleh diberikan pada pasien diare berat.
Efek Samping
Diare, sendawa, konstipasi, hilangnya nafsu makan, rasa lelah yang tidak biasa, kelemahan otot.
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. AHFS Patient Medication Information. Aluminum Hydroxide and Magnesium Hydroxide. [Update: Oct 2023]-Available from: https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a601013.html
Indikasi
Pelarutan batu empedu, sirosis empedu primer
Dosis dan Aturan Pakai
Pelarutan batu empedu, 8-12 mg/kg BB sehari dalam dosis tunggal menjelang tidur atau dalam 2 dosis terbagi sampai selama 2 tahun; pengobatan dilanjutkan selama 3-4 bulan setelah batunya melarut
Sirosis batu primer, 10-15 mg/kg BB sehari dalam 2-4 dosis terbagi
Pemutusan pemberian asam ursodeoksikolat selama 4 minggu berarti pengobatan harus dimulai lagi dari awal
Cara Penggunaan
Obat sebaiknya diminum bersama dengan susu atau makanan
Kontraindikasi
Batu radio opak, batu koleterol yang mengalami kalsifikasi, batu radiolusen, pigmen empedu; kolesistitis akut yang tidak mengalami remisi, kolangitis, obstruksi biliar batu pankreas atau fistula biliar gastrointestinal; kehamilan; kandung empedu tidak berfungsi; penyakit radang dan kondisi lain dari usus halus; kolon yang mengganggu sirkulasi enterohepatik garam-garam empedu; penderita dengan kalsifikasi batu empedu.
Efek Samping
Mual, muntah, diare, kalsifikasi batu empedu; pruritus, ruam kulit, kulit kering, keringat dingin, rambut rontok, gangguan pencernaan makanan, rasa logam, nyeri abdominal, kolesistitis, konstipasi, stomatitis, flatulen, pusing, lelah, ansietas, depresi, gangguan tidur, atralgia, mialgia, nyeri punggung, batuk, rinitis
Rujukan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
Nama Lain: Asam Asetilsalisilat; Aspirin
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Pasien dengan penyakit ginjal kronik memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami komplikasi kardiovaskular. Asetosal/aspirin merupakan obat yang digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah, yang dapat menyebabkan resiko penyumbatan pada pembuluh darah di jantung atau otak. Obat ini digunakan untuk mengurangi resiko ulang terjadinya penggumpalan darah pada pasien (termasuk pada pasien dengan gangguan ginjal) yang pernah memiliki riwayat stroke iskemik atau gangguan penyumbatan pada jantung (infark).
Indikasi
Profilaksis penyakit serebrovaskuler atau infark miokard
Dosis dan Aturan Pakai
Dosis awal 150-300 mg sebagai dosis tunggal diberikan segera setelah kejadian iskemik, kemudian diikuti dengan pemberian jangka panjang mulai dari dosis 75 mg sekali sehari (dosis lazim harian 80 - 160 mg/hari).
Cara Penggunaan
Diminum pada waktu yang sama setiap harinya, bersama dengan makanan atau setelah makan
Kontraindikasi
Tukak peptik aktif, anak di bawah 16 tahun dan yang menyusui (sindrom Reye), hemofilia dan gangguan perdarahan lain.
Efek Samping
Bronkospasme; perdarahan saluran cerna (kadang-kadang parah), juga perdarahan lain (misal subkonjungtiva)
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Mann, Johannes F.E. et al. Effects of aspirin on cardiovascular outcomes in patients with chronic kidney disease. Kidney International, Volume 103, Issue 2, 403-410
Nama Dagang: Aspilet
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Atorvastatin merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Pemberian obat ini juga dikaitkan dengan penurunan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, pemberian atorvastatin dianjurkan untuk pasien dengan riwayat kolesterol tinggi dan/atau pasien yang memiliki peningkatan protein dalam urin (proteinuria). Penggunaan atorvastatin pada pasien penyakit ginjal kronik diharapkan dapat menurunkan proteinuria dan memperlambat penurunan fungsi ginjal apabila digunakan secara rutin dalam kurun waktu yang panjang.
Indikasi
Sebagai terapi kombinasi bersamaan dengan pengaturan diet untuk mengurangi peningkatan kolesterol total, c-LDL, apolipoprotein B dan trigliserida pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer, kombinasi hiperlipidemia; hiperkolesterolemia heterozigous dan homozigous familial ketika respon terhadap diet dan intervensi nonfarmakologi lainnya tidak mencukupi.
Dosis dan Aturan Pakai
Hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia campuran, biasanya 10 mg sekali sehari, bila perlu dapat ditingkatkan dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80 mg sekali sehari.
Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
Cara Penggunaan
Pemberian dosis tunggal (satu kali sehari), obat diminum pada malam hari/sebelum tidur
Kontraindikasi
Hipersensitifitas, pasien dengan penyakit hati yang aktif, kehamilan dan menyusui
Efek Samping
Miositis (efek samping pada otot), arthralgia, dispepsia, diare, mual, nasofaringitis, insomnia, infeksi saluran kemih, dan nyeri pada ekstremitas (paling umum terjadi). Pasien dengan gangguan fungsi ginjal mungkin berisiko lebih tinggi mengalami rhabdomyolysis. Atorvastatin dapat menyebabkan abnormalitas tes fungsi ginjal, monitoring berkala fungsi ginjal diperlukan.
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Rifkin D., Sarnak, M. 2008. Should all patients with chronic kidney disease take a statin? Cleveland Clinic Journal of Medicine [online]. Available from: https://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/ccjm/February2008/rifkin.htm
3. Brown, R. 2024. What are Statin? [online]. Available from: https://www.kidney.org.uk/what-are-statins
4. McIver LA, Siddique MS. Atorvastatin. [Updated 2020 Sep 25]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430779/
Indikasi
Sebagai antimikroba makrolida spektrum luas untuk melawan bakteri gram negatif (termasuk Enterobacteriaceae) dan banyak organisme gram positif pada infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, penyakit hubungan seksual, uretritis dan servicitis.
Dosis dan Aturan Pakai
Tablet 500 mg sekali sehari selama 3 sampai dengan 5 hari. Azitromisin dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit ginjal, biasanya tidak diperlukan penyesuaian dosis
Cara Penggunaan
Obat dapat diberikan dengan atau tanpa makanan
Kontraindikasi
Hipersensitifitas, gangguan fungsi hati, jangan digunakan bersamaan dengan obat yang dapat memperpanjang interval QTc
Efek Samping
Anoreksia, dispepsia, flatulen, konstipasi, pankreatitis, hepatitis, pingsan, pusing, sakit kepala, mengantuk, agitasi, ansietas, hiperaktivitas, asthenia, paraesthesia, konvulsi, neutropenia ringan, trombostipenia, interstisial nefritis, gagal ginjal akut, arthralgia, fotosensitivitas, efek samping lainnya terkait eritromisin.
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Sandman Z, Iqbal OA. Azithromycin. [Updated 2023 Jan 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557766/
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Defisiensi (kekurangan) zat besi lazim terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis yang menyebabkan terjadinya anemia. Pemberian zat besi pada pasien ginjal non-dialisis (tidak cuci darah) diharapkan dapat menghindari atau menunda kebutuhan terapi defisiensi besi tahap lanjut yang membutuhkan agen penstimulasi eritropoietin.
Indikasi
Anemia defisiensi besi
Dosis dan Aturan Pakai
Dosis dan aturan pakai untuk sediaan besi sangat tergantung pada kondisi masing - masing pasien berdasarkan pada perhitungan dari total kekurangan besi, target hemoglobin pasien dan jenis sediaa besi yang digunakan.
Sediaan Fero Sulfat: 1 tablet, 1-3 kali perhari
Sediaan Fero Glukonat: 1 tablet, 1-3 kali perhari
Sediaan Fero Fumarat: 1 tablet, 1-3 kali perhari
Cara Penggunaan
Paling baik diminum sebelum makan (pada saat perut kosong). Namun untuk mengurangi resiko efek samping gastrointestinal, dapat diminum setelah makan.
Kontraindikasi
Alergi, hipersensitifitas, hipotensi, bradikardi, penyakit hati
Efek Samping
Gangguan saluran cerna (mual, muntah, nyeri perut, konstipasi), gangguan rasa pada indra pengecap, perubahan warna tinja, sakit kepala.
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Gutiérrez OM. Treatment of Iron Deficiency Anemia in CKD and End-Stage Kidney Disease. Kidney Int Rep. 2021 Jun 5;6(9):2261-2269. doi: 10.1016/j.ekir.2021.05.020. PMID: 34514189; PMCID: PMC8418942.
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Bisoprolol merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan/atau kondisi yang terkait gangguan fungsi jantung. Obat ini umumnya direkomendasikan pada pasien penyakit ginjal kronik yang memiliki riwayat penyakit jantung, misalnya infark miokard dan gagal jantung sistolik kronis. Penggunaan bisoprolol pada pasien ginjal dengan gangguan jantung dapat menurunkan resiko kejadian kardiovaskular ulang sehingga memberikan manfaat yang lebih besar pada kelompok pasien ini.
Indikasi
Hipertensi dan angina, gagal jantung kronik
Dosis dan Aturan Pakai
Hipertensi dan angina: satu tablet 5 mg sekali sehari, pantau respon pasien. Pada kasus tertentu, dosis obat dapat ditingkatkan sampai 2 tablet/hari untuk mendapatkan respon yang optimal
Gagal jantung kronik: dosis awal 1,25 mg sekali sehari, kemudian dapat ditingkatkan perlahan dalam interval mingguan apabila dapat ditoleransi dengan baik sampai mencapai dosis pemeliharaan
Penyesuaian dosis pada pasien penyakit ginjal kronis ringan sampai sedang tidak diperlukan, Jika bersihan kreatinin < 40 mL/menit sebaiknya dosis awal dimulai dari 2,5 mg perhari dan ditingkatkan secara perlahan.
Cara Penggunaan
Tablet diminum pada pagi hari, sebelum atau sesudah makan
Kontraindikasi
Asma, gagal jantung yang tidak terkendali, bradikardi yang nyata, hipotensi, sindrom penyakit sinus, blok AV derajat 2 atau 3, syok kardiogenik, feokromositoma
Efek Samping
Bradikardi, gagal jantung, hipotensi, gangguan konduksi, bronkospasme, vasokontriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur, ruam kulit (jarang) dan mata kering (reversibel bila obat dihentikan, eksaserbasi psoriasis.
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Sunil V.B, Matthew A.R, Carmel M.H, Alan Cass, Amit X.G, Henry K, Andrew T, Vlado P. Effects of Beta-Adrenergic Antagonists in Patients With Chronic Kidney Disease: A Systematic Review and Meta-Analysis. Journal of the American College of Cardiology, Volume 58, Issue 11, 2011
3. Bazroon AA, Alrashidi NF. Bisoprolol. [Updated 2023 Aug 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551623/
Indikasi
Profilaksis asma terutama jika tidak sepenuhnya teratasi oleh bronkodilator atau kromoglikat
Dosis dan Aturan Pakai
Inhalasi aerosol, 200 mcg 2 kali sehari; pada asma yang terkontrol baik, dosis dapat dikurangi sampai tidak kurang dari 200 mcg/hari; pada asma berat ditambah sampai 800 mcg/hari
Pada sediaan yang mengandung kombinasi antara budesonid dan bronkodilator, dosis dan aturan pakai mengikuti informasi dari dokter
Cara Penggunaan
Obat inhalasi, disemprotkan ke dalam mulut sambil dihirup
Efek Samping
Suara serak dan kandidiasis di mulut atau tenggorokan tenggorokan (biasanya pada dosis tinggi); ruam (jarang). Penggunaan kortikoteroid inhalasi memiliki efek samping sistemik yang lebih ringan, namun perlu pemantauan efek samping sistemik apabila digunakan dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
Nama Dagang: Symbicort Turbuhaler
Per dosis semprot/inhalasi mengandung budesonid 160 mcg dan formoterol fumarate 4,5 mcg
Indikasi
Gejala obstruksi bronkus pada asma bila pengobatan dengan kortikosteroid tidak mencukupi
Dosis dan Aturan Pakai
Inhalasi serbuk, asma 4,5-9 mcg satu sampai dua kali sehari pada pagi dan/atau malam hari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 18 mcg pada obstruksi saluran nafas yang berat dalam dosis bagi.
Pada sediaan yang mengandung kombinasi antara kortikoteroid dan formoterol, dosis dan aturan pakai mengikuti informasi dari dokter
Cara Penggunaan
Obat inhalasi, disemprotkan ke dalam mulut sambil dihirup
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap obat dan komponen obat
Efek Samping
Susunan saraf pusat: sakit kepala,gangguan tidur, agitasi, lemah; kardiovaskular: palpitasi, takikardi; sistem pernafasan: spasme bronkus; muskoloskeletal: tremor, kram otot
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
Nama Dagang: Symbicort Turbuhaler
Per dosis semprot/inhalasi mengandung budesonid 160 mcg dan formoterol fumarate 4,5 mcg
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Hiperkalemia merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Kondisi ini terjadi karena ekskresi kalium urin secara bertahap menurun seiring dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus/menurunnya fungsi ginjal. Penggunaan kalsium polistirene sulfonat oral dosis rendah efektif dan aman untuk mengobati hiperkalemia ringan pada pasien penyakit ginjal kronik rawat jalan dalam jangka waktu yang lama.
Indikasi
Hiperkalemia sebagai akibat gagal ginjal akut dan kronis
Dosis dan Aturan Pakai
Dosis lazim 15 g sehari dalam 3 sampai 4 kali pemberian
Cara Penggunaan
Setiap dosis harus diberikan dalam bentuk campuran larutan dengan sedikit air dengan perbandingan 3 hingga 4 ml per gram serbuk. Konsultasikan jumlah cairan yang diperlukan dengan dokter/apoteker untuk tiap dosis obat.
Kontraindikasi
Riwayat hipersensitifitas terhadap obat, pasien dengan kondisi berhubungan dengan hiperkalsemia, neonatus, pasien dengan kadar kalium plasma di bawah 5mmol/liter, penyakit usus obstruktif
Efek Samping
Perforasi dan penyumbatan usus, susah buang air besar, mual, hilang nafsu makan, rasa tidak enak pada lambung, hipokalemia
Rujukan
1. Yu MY, Yeo JH, Park JS, Lee CH, Kim GH. Long-term efficacy of oral calcium polystyrene sulfonate for hyperkalemia in CKD patients. PLoS One. 2017 Mar 22;12(3):e0173542. doi: 10.1371/journal.pone.0173542. PMID: 28328954; PMCID: PMC5362098.
2. Electronic Medicine Compedium. 2023. Calcium Polystyrene Sulfonate 99.934% w/w Powder for Oral/Rectal Suspension [online] tersedia di https://www.medicines.org.uk/emc/product/13345/smpc#gref
Nama Dagang: Kalitake
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Kelainan metabolisme tulang dan mineral, seperti kalsium dan fosfat, dianggap sebagai salah satu faktor penyebab munculnya komplikasi kardiovaskular, khususnya pada pasien penyakit ginjal kronis. Peningkatan kadar fosfat yang disertai penurunan kadar kalsium dapat terjadi sebagai bagian ketidakseimbangan mineral. Kalsium karbonat merupakan obat pengikat fosfat yang mengandung kalsium yang paling umum diresepkan untuk mengatasi kondisi ketidakseimbangan mineral tersebut.
Indikasi
Komplikasi hiperfosfatemia pada gangguan ginjal, suplemen kalsium
Dosis dan Aturan Pakai
Dosis sangat tergantung pada kondisi spesifik masing - masing pasien. Dosis lazim pada kondisi hipokalsemia 0,5–4 gram per hari, terbagi dalam 1–3 dosis sedangkan untuk kondisi hiperfosfatemia 3–7 gram per hari terbagi ke dalam beberapa dosis.
Cara Penggunaan
Tablet dikunyah atau dihancurkan terlebih dahulu sebelum ditelan
Kontraindikasi
Hiperkalsemia, hiperkalsiuria
Efek Samping
Mual atau muntah, perut kembung, sembelit, sendawa, mulut kering, sakit kepala, nyeri tulang atau otot, linglung atau perubahan suasana hati, kelelahan yang tidak biasa, penurunan berat badan yang tidak biasa, sulit buang air kecil
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Pringgodigdo Nugroho, Maruhum B. H. Marbun, Bella Yunita, Cindy Astrella, Chairina A. Noor, Aida Lydia. 2021. The Effectiveness and Safety of Calcium Carbonate Use in Chronic Kidney Disease Patients with Normophosphatemia, The Open Urology and Nephrology Journal, Volume 14.
Nama Dagang: Osteocal, Calos
Informasi Umum Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Candesartan merupakan obat yang direkomendasikan digunakan untuk penanganan tekanan darah tinggi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Golongan obat ini memiliki efek perlindungan pada ginjal (renoprotektif). Beberapa penelitian juga menunjukkan pemberian candesartan pada pasien ginjal kronik dengan hipertensi juga memiliki manfaat dalam memperlambat munculnya komplikasi diabetes.
Indikasi
Hipertensi; kombinasi terapi dengan hidroklorothiazid; pengobatan hipertensi yang tidak dapat terkontrol dengan candesartan sileksetil atau hidroklorothiazid sebagai monoterapi
Dosis dan Aturan Pakai
Hipertensi: dosis awal 8 mg sekali sehari. Tingkatkan jika perlu pada interval 4 minggu hingga maksimal 32 mg sekali sehari. Dosis penunjang lazim 8 mg sekali sehari
Gagal jantung: dosis awal 4 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan sesuai toleransi pasien dengan interval minimal 2 minggu
Penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal: dosis awal 4 mg sekali sehari, pantau bersihan kreatinin pasien.
Cara Penggunaan
Minum pada waktu yang sama setiap hari, dapat diminum sebelum atau setelah makan
Kontraindikasi
Kehamilan
Efek Samping
Biasanya ringan, dapat berupa hipotensi simtomatik termasuk pusing, hiperkalemia, angioedema, vertigo; sangat jarang terjadi bisa berupa mual, hepatitis, gangguan darah, hiponatremia, nyeri punggung, sakit sendi, nyeri otot, ruam, urtikaria, rasa gatal.
Rujukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta
2. Saruta T, Hayashi K, Ogihara T, Nakao K, Fukui T, Fukiyama K; CASE-J Study Group. Effects of candesartan and amlodipine on cardiovascular events in hypertensive patients with chronic kidney disease: subanalysis of the CASE-J Study. Hypertens Res. 2009 Jun;32(6):505-12. doi: 10.1038/hr.2009.44. Epub 2009 Apr 24. Erratum in: Hypertens Res. 2009 Dec;32(12):1157. PMID: 19390535.